Ditulis oleh John Doe Dalam Sebuah Buku Catatannya :
"Pelabuhan
Malaka itu dalam keadaan yang mengerikan. Setiap malam, sungai Malaka
harus dirantai dengan kayu gelondongan, untuk menjaga para perampok Bajak
Laut menyerang ke pelabuhan kecil ini. Para Pelaut harus tidur di kapal
mereka, untuk menjaga kargo mereka, dan untuk mencegah serangan dan
pembakaran kapal yang sering terjadi... Malaka tidak lagi aman "... -
Rekaman Portugis.
Malaka adalah sebuah Kota yang terletak di bagian selatan berbatasan langsung dengan Kota Johor dan Negeri Benua Sembilan, Negara Malaysia. Dikenal memiliki reputasi sebagai kota internasional pertama, merupakan Situs Warisan tertua di Dunia yang terdapat di Malaysia. Ini adalah tempat pertama yang memulai hubungan diplomatik serta urusan luar negeri resmi bangsa asia dengan berbagai negara asing di Eropa. Di sinilah awal mula pertama kalinya Kesultanan Bangsa Melayu berperan penting sebagai pemegang tampuk Kerajaan Malaysia yang dikenali hingga saat ini. Di sini pula awal jatuhnya Kesultanan Melayu Nusantara pertama kali bermula dengan datangnya bangsa Portugis yang menjajah Malaka pada tahun 1511. Malaka memiliki cerita sejarah yang sangat panjang dan menarik untuk dikupas serta dibagikan kepada semua orang di seluruh penjuru dunia.
Latar belakang singkat
Malaka memiliki cakupan luas wilayah sekitar 1668km persegi dengan 790.136 penduduk merupakan daerah terkecil kedua di Malaysia setelah Perlis. Jumlah penduduk dikategorikan menurut kelompok etnis Melayu sebagai berikut : 64,12%, 25,25% Cina, India 6%, Lainnya 0,48% dan non warga 4,15%. Kota Malaka hanya dapat diakses melalui jalan darat saja. Tidak terdapat jalur penerbangan dan juga jalur kereta api untuk menuju ke Malaka.
Sejarah Malaka
Sejarah Malaka telah berdiri jauh sebelum Raja Pareswara datang dan memimpin Kesultanan Melayu Malaka. Malaka dikenal sebagai “Whu Shu” bagi para pelaut Cina. “Whu Shu” dalam bahasa Cina berarti “Pulau Besar”. Kala itu Merupakan pulau tempat Persinggahan untuk kapal-kapal para pedagang dari Cina untuk mendapatkan air bersih dan kayu bakar sebelum melanjutkan lagi perjalanan jauh mereka mengelilingi dunia. Selain beristirahat untuk menunggu datangnya angin Monsoon, yang membantu mendorong kapal-kapal layar mereka menuju ke arah tujuan mereka, Pulau Malaka yang begitu terkenal ini juga merupakan tempat di mana para pelaut lokal setempat menawarkan hasil bumi Malaka yaitu ikan asin kering, untuk diberikan kepada para pedagang dari Cina untuk kemudian ditukarkan dengan bahan furniture asal negeri Cina seperti keramik dan kain sutera. Diperkirakan sekitar setiap kali mereka singgah di pelabuhan Malaka ini, 20 sampai 30 orang dari para pelaut memutuskan untuk menetap sejenak di pesisir Malaka. Awal mula Perdagangan Barter ini terlebih dahulu sudah jauh lebih awal ditemukan sebelum priode-zaman Kekaisaran-Kerajaan ada.
Pareswara Sultan Pertama Rakyat Malaka
Pareswara adalah seorang Pangeran Pemeluk Agama Hindu yang berasal dari dari Kepulauan Palembang, Sumatera, Indonesia ia merupakan keturunan dari Raja Sailendra. Ia kemudian menikah dengan salah seorang Putri dari kerajaan Majapahit yang terletak di Kepulauan Jawa Timur. Awal mula menjabat, ia ditunjuk sebagai penerus resmi tahta Kerajaan ayahandanya yang kala itu adalah seorang Raja dari Kerajaan Sriwijaya, untuk beberapa priode-bulan sebelum di Jajah Oleh Kerjaan Terbesar Suku Bangsa Jawa Yaitu Kerajaan Majapahit. Hingga Suatu Waktu Raja Majapahit Yang sangat terkenal seluruh penjuru dunia adapun dialah yang bernama
"Hayam Wuruk" Akhrinya Wafat. Ini merupakan sebuah momen yang menyedihkan rakyat suku bangsa jawa kala itu namun kabar ini adalah sesuatu kabar yang sangat menggembirkan bagi seorang Pareswara, yang sudah lama memiliki ambisi terpendam dan sangat tinggi, dikarenakan ia tidak puas dengan posisi yang diberikan Raja Majapahit kepadanya, kasta atau kedudukannya berada lebih rendah dari penguasa kerjaan Majapahit ketika itu, yang ketika itu dikuasai oleh Hayam Wuruk. Setelah kematian Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit akhirnya mengalami priode yang sangat kelam, keruntuhan kekaisaran dikarenakan terjadinya konflik / baku hantam antar sesama suku bangsa jawa yang memperebutkan tahta Kerajaan, setelah tiadanya lagi pemimpinnya Raja Hayam Wuruk. Hal Ini ketika itu memberikan kesempatan yang sangat terbuka lebar bagi Pareswara beserta para pengikutnya untuk Memisahkan Kerajaan Sriwijaya yang ketika itu berada dibawah jajahan Tampuk Kekuasaan Pemerintahan Kerajaan Majapahit.
Pada tahun 1391, Parameswara menggelar upacara peresmian pengangkatan jabatan untuk dirinya sendiri. Dalam upacara ini, ia memproklamirkan dirinya kepada seluruh bangsa di dunia bahwa dirinya adalah Seorang Raja Perkasa yang akan mengambil gelar-gelar Kaisar Untuk Tiga Benua di Penjuru Dunia. Marah dengan tindakan Pareswara itu kemudian orang-orang pribumi Jawa memutuskan bersatu kembali dan mengambil sikap tegas untuk menyerang kerajaan Sriwijaya. Aksi Peperangan pun tidak terelakan, Kala Itu Kerajaan Majapahit yang memiliki jumlah tentara yang jauh lebih besar dari yang dimiliki oleh Paraswara Merasa Cemas akan keselamatan dirinya dan pengikutnya, Pareswara beserta para pengikutnya pun akhirnya memutuskan untuk segera angkat kaki/melarikan diri ke sebuah pulau, adapun kala itu Pulau tersebut bernama
“Temasek” (Sekarang adalah Negara Singapura).
Ketika itu,
"Pulau Temasek" dipimpin oleh seorang Kaisar yang bernama
Ayudhya Raya. Dalam Transmigrasinya ke Pulau Temasek ini tidaklah serta merta berjalan dengan mudah, Pareswara yang ketika itu merupakan seorang pendatang dari luar daerah mendapatkan penolakan keras dari masyarakat setempat dan tidak diizinkan masuk oleh para pengawal-penjaga Kerajaan Kekaisaran Temasek kala itu dipimpin oleh seorang bernama Ayudhya Raya untuk memasuki wilayah kekuasaannya, sontak saja hal itu menyulut api pertikaian hingga menyebabkan terjadinya Peperangan hebat, Singkatnya Parameswara pun akhirnya memenangkan Pertempuran besar itu dan ia berhasil merebut tahta kejayaan kekuasaan Tertinggi Pulau tersebut, setelah ia dan para prajurit tempurnya yang melakukan gempuran besar-besaran dan membunuh Kaisar Ayudhya Raya beserta seluruh bala tentaranya yang kala itu merupakan tokoh pemimpin dan pemilik tatha kerajaan tertinggi kepulauan Temasek (Singapura).
Tidak Ingin Diketahui Gerak Langkahnya oleh Tentara Kerajaan Majapahit, Pada Tahun 1398, Pareswara dan para pengikutnya memutuskan untuk melarikan diri lagi ke sebuah daerah bernama Muar, Johor, Selatan Malaysia. Ia meneruskan perjalanan panjangnya hingga menuju ke daerah Malaysia lainnya seperti Sening Hujung, Sungai Bertam, kemudian barulah akhirnya Ia menemukan tempat yang sangat terkenal diseluruh penjuru dunia sebagai pusat jalur Perdagangan Dunia Kala itu yaitu Malaka.
Suatu saat didalam perjalanannya ia dan para pengikutnya kelelahan, mereka beristirahat sejenak di bawah sebuah pohon Malaka, Ia pun mengalami sebuah kejadian aneh disana, sekor anjing liar yang sedang berburu telah ditendang dan didorong ke sungai oleh seekor rusa. Dahulu, masyarakat umum sangat meyakini dengan namanya mitos dan tahayul, sebagai sebuah referensi ataupun sebuah ilham/petunjuk. Setelah adanya kejadian itu, Pareswara memutuskan untuk membangun sebuah kerajaan baru oleh karena daerah itu dikelilingi oleh Banyaknya Tumbuh-Tumbuhan Pepohonan Malaka sebab itulah disebut “Malaka” Namanya dikarenakan erat hubungannya dengan Nama Tumbuhan Pepohonan Malaka.
Pareswara tiba di Malaka telah disambut baik oleh para penduduk setempat. Pareswara yang juga telah menerima jabatan sebagai pewaris tahta Kekaisaran Sriwijaya memungkinkan dirinya untuk mendirikan Sebuah Kerajaan Melayu yang baru, yaitu Kerajaan Malaka.
Pareswara Menemukan Kerajaan Melayu pertama Kesultanan Malaka merupakan sebuah ketidaksengajaan, terjadi pada saat gerakan besar-besaran Kapal Angkatan Laut Negara Cina yang berlayar bertujuan untuk berdagang ke seluruh penjuru dunia, Kala itu Kekaisaran Negara Cina (China) memiliki sebuah ide pemerintahan yang sangat bijaksana, untuk meningkatkan kekayaan bangsanya suku bangsa Cina ia membuat sebuah Perintah kepada seluruh masyarakat yang dipimpinnya, agar melakukan perdagangan memperkenalkan produk buatan bangsanya sendiri keseluruh penjuru dunia, dan Melarang Keras Seluruh Masyarakat Bangsa China dibawah tampuk kekuasaannya untuk menghormati adat dan kebudayaan suku bangsa lain dimanapun di seluruh penjuru dunia yang mereka temui dan kunjungi, Dengan Menggunakan Kapal Besar Yang Dilengkapi Armada Para Pasukan Pengawal Tentara dilengkapi persenjataan Tempur yang lengkap milik Kekaisaran China bukan untuk berperang melainkan untuk mengamankan dan mengawal para pedagang mereka dari hal-hal yang bersifat merugikan mereka,
Kapal-kapal besar mereka itu disandarkan di berbagai Pelabuhan terkenal diseluruh pelosok dunia diantaranya adalah Asia tenggara, India dan Timur Laut Afrika. Sementara Kaisar Yung Long menjadi pendiri kedua Dinasti Kekaisaran Ming, ia menekankan melakukan hubungan militer dengan negara lain. Kaisar yung Lo mengirim beberapa delegasi Imperial ke berbagai negara yang memiliki jalinan hubungan diplomatik dan juga memberikan perlindungan kepada pedagang yang memiliki arah tujuan ke negara bagian pesisir salah satunya ialah Malaka. Delegasi/Utusan Armada Besar Imperial Kekaisaran China dipimpin oleh Laksamana Yin Ling dikuti oleh Laksamana Cheng Ho. Di Tahun 1403, Delegasi Imperial pertama yang tiba di Malaka adalah Delegasi yang dipimpin oleh Laksamana
Yin Ching, Di ikuti oleh Laksamana
Cheng Ho yang sempat melakukan enam kali persinggahan di Malaka masing-masing berjarak 29 tahun setelah kehadiran Laksamana Yin Ling di Malaka.
Daftar Nama-Nama Sultan Malaka :
- Parameswara (Sultan Iskandar Syah) 1400-1414
- Sultan Mahkota Iskandar Syah 1414 - 1424
- Sultan Muhammad Syah 1424 - 1444
- Parameswara Dewa Syah 1444 - 1445
- Sultan Muzaffar Syah 1445 - 1459
- Sultan Mansor Syah 1459 - 477
- Sultan Aluddin Riayat Syah 1477 - 1488
- Sultan Mahmud Syah 1488 - 1511
Sukses Pelabuhan Malaka
Malaka menjadi kota dan Pelabuhan internasional pertama di Malaysia bahkan tanpa menghasilkan produk apapun. Pelabuhan menjadi pusat bertukar produk dagangan lokal dari sekitar kepulauan Melayu seperti Aceh, Banten, Ambon, Makassar dan Palembang untuk distribusi ke pedagang asing yang datang dari berbagai penjuru-belahan dunia.
Faktor Kemajuan Pelabuhan Malaka
Sukses Pelabuhan Malaka sebagian besar disebabkan oleh suasana politik di Asia Tenggara yang kondusif, termasuk langkah-langkah yang diambil oleh Pareswara. Selain perlindungan yang diberikan oleh Kaisar Cina untuk daerah perdagangannya yang begitu menguntungkannya Malaka, tidak ada kekuatan lain di Kepulauan Melayu yang mau berani menjamin keamanan dan memfasilitasi berbagai aktivitas perdagangan.
- Malaka Merupakan Posisi Strategis - terletak di tengah-tengah rute perdagangan terletak diantara Negara India dan China. Pelabuhan yang alami dilintasi oleh angin Monsoon dari bagian Timur Laut dan Barat Laut.
- Merupakan Kepulauan Melayu yang kaya dengan sumber daya alamnya seperti Herbal dan Tumbuh-tumbuhan Pedas.
- Efisien dan Memiliki Pemerintah yang terorganisir.
- Sistem Koleksi Pajak daerah yang disiplin dan efisien.
Ketika Pelabuhan dibuka, bukan hanya sebagai tempat transit bagi kapal-kapal asing menunggu perubahan angin Monsoon, tetapi juga tempat untuk beristirahat dalam perjalanan laut dan merupakan tempat perdagangan yang adil. Pareswara membangun tempat (Bazaar) Perdagangan dipinggiran Sungai Malaka dan juga sangat dekat dengan pusat kota untuk pedagang. Selain itu gudang bawah tanah dibangun oleh Pareswara untuk melindungi barang-barang dagangan dari pencurian dan kebakaran. Stabilitas politik dan kebijakan perdagangan yang adil mampu menarik pedagang untuk datang dari seluruh penjuru Nusantara ke Malaka, baik dari Negara China, India, Afrika hingga dari Arab Saudi. Bahkan Karena Popularitas Kepulauan Malaka yang mendunia itu Tercatat pula dalam bukti catatan sejarah bahwa Negara Thailand juga pernah sempat ingin menyerang Malaka, namun, pertempuran itu hanya sempat berlangsung di daerah Sebelum Malaka di Sebuah Perairan Wilayah Malaysia lainnya Yaitu di Muar. Kejadian tersebut terjadi pada tahun 1447.
Berikut Adalah Ragam Produk ataupun Bahan Yang Dijual Oleh Para Pedagang Berdasarkan Daerah Tempat Asalnya :
Pedagang Cina :
- Sutra dan Satin
- Porselen
- Emas
- Perak
- Kapas
- Tembaga
- Teh
- Candu
Pedagang India :
- Kain
- Perhiasan
- Ware kuningan
- Permadani
Pedagang Arab :
- Mutiara
- Parfum
- Dupa
- Senjata
- Opium disebut "Madak"
Pedagang Melayu :
- Kayu cendana
- Kunyit
- Lada
- Cengkeh
- Kayu manis
- Pala
- Gambir
- Timah
- Beras
Awal Kedatangan Portugis di Malaka (Portuguese to Malacca)
Harmoni dan keadilan dalam bidang perdagangan diciptakan oleh Para Sultan-Sultan Malaka terdahulu sebelumnya yang sangat disayangkan tidak dapat dipertahankan Peraturan Sistemnya itu, adapun kesalahan dimulai pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Shah. Kelemahan yang paling berdampak utamanya ialah tidak memperhatikan administrsi pejabat negara bagian dan garis wilayah jajahannya. Kesempatan ini digunakan oleh para pejabat wilayah pemerintahan untuk melakukan Korupsi dan Mengakibatkan Perpecahan antara pejabat pemerintah. Menyadari akan kesulitan untuk mengembalikan situasi kembali seperti semula, ia pun menyerahkan tahta jabatannya tersebut Kepada anaknya yakni
Sultan Ahmad Shah. Yang Ketika itu masih sangat muda belia dan belum berpengalaman untuk memerintah kerajaan apalagi dalam masa kekacauan yang sangat kritis, Dan anaknya itu Sultan Ahmad Shah juga gagal untuk memperbaiki situasi. Dimana melemahnya pemerintah negara bagian Malaka.
Peta Jalur Perdagangan Portugal (Map Trade of Portuguese)
Portugis di Malaka
=>
Portugis mengetahui tentang keberadaan pelabuhan Malaka yaitu dimulai sejak pada kunjungan Kapal pertama mereka ke daratan Pantai Goa di India pada tahun 1498. Pada tahun 1506, informasi tentang kekayaan Pelabuhan sudah dikenal oleh beberapa otoritas yang tinggi mereka di Kota Asal Mereka Lisbon, Portugal. Demi Alasan Keamanan, upaya pertama Pemerintah Portugis untuk Masuk ke Malaka salah satunya adalah dengan menyamar menggunakan kapal pedagang Muslim yang mereka curi. Pada tahun 1505, dua pelaut Portugis bernama
Francisco Pereira dan Estevão de Vilhena bersama dengan penerjemah bahasanya ditugaskan untuk berlayar melaksanakan target operasi pengintaian mereka pertama kalinya menuju Malaka. Dalam perjalanan mereka itu, mereka diserang oleh sekelompok Penduduk Muslim setempat ketika menyandarkan kapalnya di Pantai Coromandel dan memaksa mereka untuk kembali ke daerah asalnya.
Namun Tak Habis Akal, Pada tahun 1508, Portugis memutuskan untuk mengirim Armada Gelombang Keduannya untuk Berlayar langsung menuju ke Malaka (Malaysia ) dari Lisbon (Portugal) yang diketuai oleh
Diogo Lopes de Sequieira. Dan Armada itupun akhirnya berhasil tiba di Malaka tepatnya pada bulan September 1509. Pada awalnya, kedatangan mereka disambut hangat oleh Sultan Mahmud Shah (Sultan terakhir) dan mereka telah membuat perjanjian kesepakatan perdagangan dengan pemerintah daerah setempat. Akan tetapi hubungan yang baik itu tidak bisa terus dipertahankan karena tekanan protes dari para pedagang yang berasal dari Pulau Jawa dan Gujaret. Sebagai hasil dari tekanan protes, Sultan Mahmud mau tidak mau harus membatalkan perjanjian dengan Portugis.
Sultan dan Bendaharanya menyetujui rencana untuk membunuh
Diogo Lopes de Sequira dan juga para pengikutnya dalam sebuah acara makan malam. Namun rencana itu ketahuan di bocorkan oleh orang-orang dari Persia yang didominasi oleh para kaum perempuan. Insiden tersebut lantas mengakibatkan seorang tentara Portugis tewas dan beberapa lainnya ditangkap oleh Sultan Malaka, Armada Diogo Lopes de Sequira pun dipaksa angkat kaki dan berlayar kembali ke Goa, India meninggalkan beberapa orangnya di penjara dan kehilangan banyak barang-barang perdagangannya.
Orang-Orang Portugis di Goa tidak bisa berbuat banyak karena mereka tidak sepenuhnya memahami kota Goa merekapun akhirnya terpaksa kembali ke Kota Negaranya Lisbon, Portugal.
Pada Bulan Maret 1511, Adalah Momentum Sejarah Terbesar Pemerintahan Negara Kesatuan Portugal Dalam Menyerbu Malaka, Portugal Mengutus delapan Kapal Perangnya yang Mengangkut 1000 Prajurit terbaik Bala Tentara Pasukan Armada Kapal Perang dilengkapi alat persenjataan tercanggihnya yang kala itu dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque mereka berbondong-bondong beriringan berlayar menuju ke Perairan Selat Malaka. Alfonso menuntut pembebasan atas pria-pria Portugis yang dipenjarakan, mereka juga menuntut agar diizinkan untuk membangun benteng dan semua barang dagangan mereka yang telah dirampas harus di kembalikan.
Negosiasi antara Pihak Portugis dan Sultan berlangsung selama beberapa hari. Sebelum tiba ke Malaka, Portugis ditangkap oleh kapal pedagang dari Gujarat. Portugis mengancam Sultan akan melakukan tindakan anarkis mereka mengancam akan mengganggu keberadaan kapal-kapal para pedagang. Sultan saat itu terlihat seperti menyetujui atas permintaan Alfonso, Akan tetapi ia tetap tidak membuat tindakan apapun, Alfonso menduga bahwa Sultan mencoba untuk mengulur-ulur waktu untuk mendapatkan bala bantuan dari luar.
Pada tanggal 25 Juli 1511, Benar saja dukungan untuk Sultan pun datang dari beberapa pedagang diantaranya dari Negara Cina dan India, Namun peluncuran serangan pertama Portugis yaitu dengan menyerbu jembatan yang menghubungkan jalur perdagangan ke pusat kota Malaka, akan tetapi Portugis tidak mampu mempertahankan aksinya itu disebabkan adanya serangan berkelanjutan dari masyarakat setempat. Pada tanggal 8 atau 9 bulan berikutnya tepatnya bulan Agustus, Portugis datang kembali dengan niat menghancurkan jembatan dengan cara sistematis yaitu membom pusat kota. Dan Pada tanggal 25 Agustus, 1511, Malaka pun resmi bertekuk lutut dan jatuh ke tangan Portugis. Sultan Mahmud Shah telahpun melarikan diri ke Muar. Pada tahun 1513, Sultan Mahmud pindah ke Pahang dan kemudian terus melarikan diri menuju ke Bentan. Sultan Mahmud, yang begitu frustrasi dengan jatuhnya Malaka ke Portugis membunuh anaknya Sultan Ahmad Shah karena gagal untuk melaksanakan tugasnya untuk membela Malaka.
Antara tahun 1515-1519, Sultan Mahmud meluncurkan lima serangan terhadap benteng Portugis. Upaya terakhir dilakukan pada tahun 1523 dimana Sultan Mahmud mengepung benteng Portugis dan membatasi ketersediaan pasokan makanan, tapi usahanya itupun gagal. Pada Tahun 1526, Portugis meluncurkan misi sebuah serangan khusus ditujukan mengarah pada Sultan, Sultan dan para pengikutnya dipaksa mundur ke Pulau Kampar, Kepulauan Riau, Sumatera, Indonesia. Akhirnya Kematian Sultan Mahmud yang terjadi pada tahun 1528 menyebabkan Kesultanan Melayu Malaka menjadi lumpuh dan seketika hilang. Setelah jatuhnya Malaka ke Tangan Portugis, para pedagang tidak mau lagi datang ke pelabuhan Malaka. Sebaliknya, mereka beralih berdagang ke pelabuhan Aceh.
Jatuhnya Malaka ke Portugis mengakhiri era Melayu Kesultanan Malaka, kerajaan hanya berkuasa selama 111 tahun.
Sebelum Kedatangan Belanda
Tujuan utama Belanda (Dutch) datang ke Asia : -
- Mendominasi Perdagangan Rempah-rempah
- Mendominasi Perdagangan Kain di India
- Mendominasi Perdagangan Tin dalam bahasa Negara Melayu
Sebelum pembentukan Perusahaan
(East India Company) Hindia Timur Belanda, Pedagang Belanda sudah mengorganisir aktivitas jalur perdagangan terutama dengan para pedagang rempah-rempah di Kepulauan Melayu. Pada Tahun 1595 kedatangan kapal Belanda pertama adalah tidak lain hanya untuk melakukan perdagangan langsung dari sumbernya. Keuntungan besar dari ekspedisi tersebut mendorong Belanda untuk mendirikan Perusahaan Hindia Timur Belanda Bernama
(Vereenigde Oostindische Compagnie) atau disingkat menjadi
VOC. Pada tanggal 20 Maret 1602, yang kantor pusat pertama perdagangannya tersebut Resmi didirikan di Banten Jawa Barat, Dan pada tahun 1611 Batavia (Jakarta Ibu Kota Indonesia saat ini) terpilih sebagai Posko Perdagangan Kedua oleh
VOC.
Belanda di Malaka
VS
Belanda pada awalnya, tidak tertarik untuk menyerang Portugis di Malaka. Namun karena persaingan perdagangan yang kian hari semakin kuat dengan pihak Portugis, Inggris dan juga Negara lain-lainnya yang sebagian besar didominasi oleh kekuatan dari Negara Wilayah Barat. Belanda ketika itu berada dibawah naungan bendera Hindia Timur Belanda harus bertindak cepat untuk mempertahankan investasi mereka. Belanda takut Malaka akan ditaklukkan oleh orang lain yang berasal dari Wilayah kekuatan Barat dan nantinya akan mengendalikan pergerakan kapal-kapal yang akan melintas di jalur Selat Malaka Menuju Batavia tentunya bila hal ini terjadi akan sangat merugikan Pihak Belanda.
Peta Jalur Perdagangan Belanda (Map Trade of Dutch/Netherland)
Pada saat itu, Portugis telah mengubah Malaka sebagai benteng yang tidak bisa ditembus. Tercatat tiga kali percobaaan yang telah dilakukan oleh Pihak Belanda untuk menghancurkan Dominasi Kekuatan Portugis. Yang Pertama terjadi pada tahun 1597, kedua kalinya Belanda mencoba lagi pada tahun 1602 namun Gagal. Barulah Akhirnya Upaya Ketiga Kerja Sama Pihak Belanda yang didukung sepenuhnya oleh Pihak Kerajaan Johor Raya mengepung benteng Pertahanan Portugis. Dengan Menghambat jalur masuknya makanan yang dilakukan oleh orang-orang dari Johor di perbatasan sungai-sungai dan di tiap-tiap daerah terpencil yang tidak diketahui oleh Portugis sementara Belanda Mengontrol Serta Menjaga Keamanan aksi tentara Johor dalam menjalankan misi tersebut dari wilayah pesisir-perairan.
Selama Proses Pengepungan, kedua belah pihak saling silih berganti bertukar tembakan meriam dan banyak menghancurkan bangunan-bangunan penting seperti Rumah Sakit, Gereja dan dinding benteng. Wabah penyakit Malaria di antara kedua belah Pihak pasukan tentara juga musim hujan yang tak kunjung henti tidak menyurutkan tekat kedua belah pihak untuk melanjutkan pertempuran.
Hingga Tepatnya Pada Pukul 10:00 Pagi Hari Pada Tanggal 14 Januari 1641. Portugis mengibarkan bendera putih diatas menara benteng yang berarti mengakui kekalahannya terhadap Belanda setelah menguasai Malaka selama 130 tahun. Meskipun Belanda tidak berniat untuk membuat Malaka sebagai pusat administrasi dan pelabuhan utama, mereka tinggal dan menempati Malaka kurang lebih selama 180 tahun. Belanda memiliki kebijakan yang berbeda dari Portugis. Para Pejabat Belanda tidak berminat untuk menikah dengan para perempuan penduduk lokal. Belanda juga lebih suka menggunakan layanan pedagang dari Cina juga dari India, disebabkan Banyaknya perkawinan tentara Portugis dengan perempuan India. Kemudian Belanda Memberi Batasan untuk orang-orang Portugis Malaka di mana mereka tidak diizinkan untuk mempunyai gereja, Semua aktifitas dibatasi dan Para Pendeta Pihak Portugis tidak diizinkan untuk melakukan upacara keagamaan apapun.
Seperti Portugis, Belanda juga terlibat dalam konflik dengan kerajaan lokal lain di sekitar Kepulauan Melayu, Adapun perang tersebut terjadi dengan prajurit Bugis Raja Haji. Raja Haji memiliki hubungan yang baik dengan Belanda sampai 1782. Belanda gagal memenuhi janji mereka untuk berbagi hasil rampasan dari kapal Inggris yang telah mereka sepakati sebelumnya. Kemudian Raja Haji bereaksi untuk menyerang Belanda di Malaka. Belanda membalas dengan melakukan sebuah penyergapan dalam suatu pagi hari yang gelap gulita adapun posisi Raja Haji ketika ditaklukan ia sedang berada di Teluk Ketapang dan Aksi penyergapan tersebut menyebabkan angka kematian yang sangat besar, untuk kedua belah pihak dan juga merenggut nyawa dari Raja Haji itu sendiri.
Inggris di Malaka
Dua perang penting dengan orang-orang Bugis terjadi di sekitar tahun 1755 - 1758 dan tahun 1783-1784 penyebabnya adalah Belanda kehilangan pengaruhnya di banyak daerah dan juga melemahnya aset saham Hindia Timur Belanda (East India Company). Inggris pada saat yang sama baru saja memenangkan perang “Anglo-Dutch” melawan Belanda dan berhasil mempengaruhi beberapa penguasa lokal untuk mendukung mereka.
Britania Raya (United Kingdom) Inggris di Malaka
=
Pada tahun 1795, Gerakan Para Pejuang Anti Belanda Membuat Misi Berbahaya dengan Mengundang sekelompok orang-orang dari Pejuang Perancis untuk menyerang Raja Belanda, Terpaksa RajaWilliam pemimpin dari Belanda melarikan diri ke Inggris untuk mendapatkan perlindungan. Untuk mencegah koloni Belanda jatuh ke negara-negara Barat lainnya, Belanda (Netherland) menulis surat instruksi khusus yang ditujukan ke semua Gubernur Bagian Administrasi Belanda yang berada di luar negeri untuk menyerahkan kekuasaan mereka sepenuhnya kepada Inggris (Britania Raya/ United Kingdom). Surat itu dikenal tokoh sejarawan dunia sebagai
“Surat Kew” karena yang ditulis langsung oleh seorang Raja di Negeri Belanda di Tulis Langsung dari Rumah Istana Kerajaan Negeri Belanda yang berada disebuah Istana yang bernama
“Istana Kew”.
Menurut Bendahara Wina pada tahun 1814, Malaka dikembalikan kembali ke Belanda pada tahun 1818 akan tetapi Malaka kembali lagi ke Tangan Inggris pada tahun 1824 setelah Akhir Peperangan Terjadilah Perjanjian yang sangat terkenal yaitu Perjanjian atau Kesepakatan
“Anglo-Dutch” Yang di Buat Pada Tahun 1824. Perjanjian ini dibuat untuk menyelesaikan sengketa yang memakan waktu cukup lama. Kesepakatan “Anglo-Dutch” Tahun 1814, Adapun Isi penting dari perjanjian ini diantara adalah : - Agar Belanda mengakui posisi Inggris di Singapura dan Penang, Belanda akan menyerahkan Malaka ke Inggris dan sebagai imbalan Inggris akan memberikan “Bencoolen Island” (Pulau Bengkulu) kepada Belanda.
Di bawah kendali Inggris, kota Malaka menjadi sangat tenang tanpa banyak aktivitas terjadi. Inggris lebih berkonsentrasi untuk mengembangkan Kota Penang dan juga Singapura sebagai pusat Pelabuhan perdagangan mereka. Malaka resmi menjadi bagian dari Federasi Malaya Tepatnya Pada Tanggal 31 Agustus 1957.
Peta Jalur Perdagangan Inggris (Map Trade of England/British)
Daftar objek dan Hal yang Dapat Dilakukan di Malaka
Sebagai negara yang dijajah selama 446 tahun oleh Bangsa Portugis, Belanda, Inggris dan Juga Jepang. Hampir semua tempat-tempat menarik di Malaka memiliki orientasi sejarah seperti Gereja, Kantor Administrasi Tua, Rumah Tradisional, Museum dan Ragam Makanan. Anda Bisa Memperoleh pemandu wisata jika berencana melakukan wisata untuk rute-jalur perjalanan suatu hari nanti jika hendak ke Malaka atau tinggal untuk bermalam-menginap.
Daftar Situs Warisan Dunia yang terdapat di Kota Malaka :
- Stadhuys Building
- Queen Victoria Fountain
- Jonker Street
- Heeran Jalan
- Porta De Santiago
- Gereja Saint Paul
- Saint John Fort
- Kuil Cheng Hoon Teng
- Temple Sam Poh Kong
- Masjid Tenkera
- Masjid Kampung Hulu
- Pecinan
- Peter Gereja Saint
- Gereja Saint Xavier
Objek wisata di Malaka lainnya :
- Malacca River Cruise
- Mini Malaysia
- Museum Maritim Malaka
- Replika Istana Sultan Malaka
- Baba Nyonya Heritage Museum
- Menara Taming Sari
Makanan :
- Stingray Asam Pedas
- Laksa
- Asam Laksa
- Ayam Rice Ball
- Cendol
- Kelapa Goyang
- Nanas Tart
- Nyonya Kueh
Semoga Artikel Ini Kiranya Bisa Memberi Manfaat, Apabila ada Salah dan Kurangnya Pada Artikel yang Saya tulis ini saya Mohon Maaf yang sebesar-besarnya.. Terimakasih Atas Waktunya, dan Akhir kata saya ucapkan..
Atas Kesempatan, Kunjungan dan Waktunya Saya Ucapkan Terima Kasih, Kiranya Semoga Bisa Memberi Manfaat.. Akhir Kata Saya Ucapkan Wabillahitaufiq wal hidayah..
Wassalamu’alaikum.. Warahmatullahi Wabarakatuh...
Adapun Artikel Ini ditulis Oleh Anak Melayu Tanjung Pura, Langkat,
Special Thanks, Thank you so much to :
Refference : https://www.wegowithanuar.com